This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 26 Desember 2011

MENJADIKAN SISWA SD SEBAGAI PRIBADI MANDIRI DAN PERCAYA DIRI


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
        Sekolah adalah lembaga pendidikan yang dibangun untuk mendidik anak-anak bangsa, guna mewujudkan anak-anak yang berkualitas. Yaitu anak-anak yang memiliki kepribadian secara menyeluruh dan seimbang, serta mampu berkarya mewujudkan eksistensi dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Ada dua unsur utama yang harus ada di sekolah agar kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan baik, yaitu guru dan murid. Guru berperan sebagai pendidik yang akan memberikan pengajaran, pengarahan, dan pembinaan kepada para murid sebagai peserta didik. Dalam kegiatan belajar mengajar, akan terjadi proses interaksi antara guru dan murid. Interaksi guru dan murid adalah hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar di sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.(http://etd.eprints.ums.ac.id/14746/4/BAB_1.pdf)
        Dalam lembaga tersebut, guru adalah sosok penting yang tidak bisa dipungkiri lagi. Guru merupakan jembatan untuk menjadikan anak-anak bangsa sebagai generasi yang berkualitas. Maka dari itu sangatlah penting bagi seorang guru untuk bisa berperan aktif mengarahkan dan memfasilitasi murid dalam belajar dan memperoleh ilmu, pengalaman, dan keterampilan kepada murid sebagai obyek belajar.
        Interaksi guru dan murid menjadi faktor paling penting terhadap keberhasilan pendidikan. Ketika seorang guru mampu melakukannya dengan baik, maka murid akan mudah berkomunikasi dan memahami segala materi yang disampaikan. Tapi dalam kenyataan yang ada, hanya sedikit guru yang mampu menjadi sosok seperti itu. Banyak murid yang mengalami kesulitan berkomunikasi dengan guru-gurunya. Anak-anak usia SD terutama dalam hal ini sangatlah terlihat. Meraka bukan menjadi aktif berinteraksi dengan guru tetapi malah takut, benci, bosan, ngantuk dalam kegiatan belajar mengajar.
        Tampak pada saat pembelajaran berlangsung, siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru tidak berani mengajukan pertanyaan apalagi mengeluarkan pendapat. Ketika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau berkomentar siswa hanya diam, tidak jelas sudah mengerti atau belum. Tidak hanya itu, ketika siswa diminta untuk menceritakan pengalaman pribadi di depan kelas, masih tampak kesulitan, bahkan ada siswa yang sama sekali tidak berbicara sepatah kata pun saat diminta untuk bercerita di depan kelas. (http://gudangmakalah.blogspot.com/2011_08_01_archive.htm)
        Hal tersebut merupakan suatu bukti bahwa banyak siswa SD yang memiliki masalah dalam hal kemandirian dan masalah percaya diri. Bahkan sampai sekarang sangat sedikit guru yang sadar dan tergerak untuk menangani masalah tersebut. Sungguh memprihatinkan apabila permasalahan tersebut hanya didiamkan dan berlangsung terus menerus serta tidak ada perbaikan sama sekali. Generasi kita akan menjadi generasi yang tertutup, penakut, malas, dan tidak mandiri.
        Dari permasalahan diatas, kita perlu mengubah sistem pembelajaran yang selama ini biasa diterapkan oleh guru kepada anak didiknya. Kita bisa menerapkan metode yang lebih lebih mengutamakan rasa ingin tahu anak, dan memperbanyak praktek ketimbang teori. Metode tersebut adalah “BELAJAR DAN BERMAIN” tersebut diyakini lebih efektif meningkatkan rasa mandiri dan percaya diri anak dari pada dari  pada metode-metode lain. Karena bermain merupakan dunia anak yang tidak bisa dipisahkan dalam masanya.

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan pokok, yaitu:
1.  Bagaimana cara seorang guru  ketika  menyampaikan bahan pembelajaran terhadap murid?
2.  Bagaimana langkah menjadikan murid yang mandiri dan percaya diri?
3. Apakah pembelajaran melalui bermain dan belajar dapat meningkatkan rasa mandiri dan percaya diri pada siswa SD N Ngenthak Mangir?

C.    Tujuan Penulisan
          Tujuan penulisan ini adalah untuk meningkatkan tingkat kemandirian dan rasa percaya diri siswa SD N Ngenthak Mangir yaitu antara lain dengan “BERMAIN DAN BELAJAR”.

D.    Manfaat Penulisan
Hasil penulisan dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
a.       Bagi Siswa
Melalui metode pembelajaran baru yang telah diterapkan tersebut diharapkan siswa dapat lebih mandiri dan percaya diri dalam kegiatan belajar mengajar atau pun berbagai kegiatan lain diluar sekolah.
b.      Bagi Guru
Mampu menerapkan suasana pembelajaran baru kepeda siswa, dan menciptakan kelas yang aktif dan hangat, sehingga siswa terlatih untuk mandiri dan percaya diri. Dengan menerapkan metode pembelajaran “BERMAIN DAN BELAJAR”.

E.     Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dapat disimpulkan dalam  sebuah hipotesis, yaitu sebagai berikut:
    
Dengan metode pembelajaran “BERMAIN DAN BELAJAR”  diharapkan siswa SD akan lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan tidak menjadi menjenuhkan karena hangatnya hubunganan antara guru dan murid. Serta siswa akan lebih mandiri dalam berbagai kegiatan dan percaya diri dalam mengapresiasikan pemikirannya juga tidak takut bertanya pada gurunya apabila ada suatu hal yang tidak dimengerti.
F.     Populasi dan Sample
1.      Populasi
Dalam penelitian ini, populasi atau subjeknya adalah siswa SD N Ngethak Mangir Bantul.
2.      Sampel
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah siswa kelas 2 (dua) SD yang secara keseluruhan berjumlah 35 siswa sebagai sampel yang membuktikan, bahwa metode ini sangat mampu untuk meningkatkan rasa kemandirian dan percaya diri siswa.

G.    Sistematika Penyajian
BAB I. Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, hipotesis, populasi dan sampel dan sistematika penyajian.

Bab II. Landasan Teori
Bab ini berisikan tentang teori-teori mengenai penerapan yang di pakai dalam sistem pembelajaran ini.

Bab III. Metode Penelitian
Dalam bab ini akan menjelaskan tentang  penelitian, subjek penelitian, metode
pengumpulan data, prosedur penelitian, dan metode analisis data untuk pengujian
hipotesis yang digunakan peneliti dalam penelitian.

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisikan uraian hasil dari penelitian, dan dari bukti-bukti data serta hasil
tambahan yang dapat memperkaya penelitian ini. 

BAB V, Penutup berisikan Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini berisikan kesimpulan akhir dari hasil penelitian, berbagai kemungkinan
yang terjadi mengenai alasan dari hasil penelitian yang telah diperoleh
berdasarkan teori yang dipakai, serta saran yang dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi peneliti.

Manajemen Sumber Daya Manusia Yang Berorientasi Pada Pelayanan Prima



Pengertian menurut James A.F.Stoner,
Manajemen adalah Suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Manajemen  Sumber Daya Manusia  adalah  Prosedur berkelanjutan memasok orang yang tepat untuk posisi atau  jabatan dalam otganisasi.

POAC : Planning, Organizing, Actuating, Controlling         
Planning adalah  Proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran yang diinginkan.
Organizing adalah Dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur
untuk mencapai sasaran atau sejumlah sasaran.
Actuating adalah Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja.
Controlling atau  pengawasan disebut pengendalian  adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan  maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.

Sumber Daya Manusia atau disingkat SDM mempunyai potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformative  yang  mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.

Service Excelent atau Pelayanan Prima
Pelayanan yang terbaik atau sesuai standar (ISO) berorientasi pada kepuasan pelanggan atau yang dilayani.

Konsep pelayanan prima A6 : Ability (kemampuan), Attitude (sikap), Appearance (penampilan), Attention (perhatian), Action (tindakan), Accountability (tanggung jawab) 

Ability (kemampuan) adalah pengetahuan dan ketrampilan tertentu yang mutlak diperlukan untuk menunjang program layanan prima, yang meliputi kemampuan dalam bidang kerja yang ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi, dan menggunakan public relations sebagai instrument dalam membina hubungan ke dalam dan keluar organisasi. 
Attitude (sikap) adalah perilaku yang harus ditonjolkan menghadapi pelanggan. 
Appearance (penampilan) adalah penampilan seseorang, yang baik bersifat fisik saja maupun fisik dan non fisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain. 
Attention (perhatian) adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan, baik yang berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun pemahaman saran dan kritik. 
Action (tindakan) adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam memberikan layanan pada pelanggan. 
Accountability (tanggung jawab) adalah suatu sikap keberpihakankepada pelanggan sebagai wujud kepedulian untuk mengghindarkan atau meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan pada pelanggan.
All-win Costomer Service, Anda, Pelanggan Anda, dan Organisasi Anda.

Harapan Pelanggan
Kualitas pelayanan internal
Kualitas pelayanan internal berkaitan dengan interaksi jajaran pegawai organisasi atau perusahaan dengan berbagai fasilitas yang tersedia. Faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan internal yaitu : 
1. Pola manajemen umum organisasi atau perusahaan.
2. Penyediaan fasilitas pendukung
3. Pengembangan Sumber Daya Manusia
4. Iklim kerja dan keselarasan hubungan kerja
5. Pola insentif

Kualitas pelayanan eksternal
Mengenai kualitas layanan kepada pelanggan eksternal, boleh berpendapat bahwa kualitas layanan ditentukan oleh beberapa factor yaitu :
1.      Yang berkaitan dengan penyediaan jasa :
a)      Pola layanan dan tata cara penyediaan atau pembentukan jasa tertentu
b)      Pola layanan distribusi jasa
c)      Pola layanan penjualan jasa
d)     Pola layanan dalam penyampaian jasa
2.      Yang berkaitan dengan penyediaan barang
a)      Pola layanan dan perbuatan barang berkualitas atau penyediaan barang berkualitas
b)      Pola layanan pendistribusian barang
c)      Pola layanan penjualan barang
d)     Pola layanan purna jual
Keempat jenis layanan tersebut dapat disebutkan sebagai kinerja pelayanan.
Kinerja pelayanan berkaitan dengan  harapan dan kepuasan, maka gambaranya adalah sebagai berikut :

Kinerja < Harapan
Bila kinerja layanan menunjukan keadaan dibawah harapan pelanggan, maka pelayanan kepada pelanggan dapat dianggap tidak memuaskan.

Kinerja = Harapan
Bila kinerja layanan menunjukan sama atau sesuai dengan yang diharapkan pelanggan, maka pelayanan dianggap memuaskan tetapi tingkat kepuasan adalah minimal karena keadaan seperti ini dapat dianggap belum ada keistimewaannya, jadi pelayanan di anggap biasa atau wajar-wajar saja.

Kinerja > Harapan
Bila kinerja layanan menunjukan lebih dari yang diharapkan pelanggan, maka pelayanan dianggap istimewa atau memuaskan karena pelayanan yang diberikan ada pada tahap optimal.

Harapan pelanggan internal : Kebersamaan dan kerjasama, struktur, system, prosedur kerja yang efisien, kualitas dan fasilitas kerja, hubungan kerja, imbalan

Harapan pelanggan eksternal : Easy to get atau mudah memperokeh barang dan jasa, quality dan reability,  syarat kualitas barang dan jasa, competitive price, best services, after sales service, satisfaction standart.
Berhubungan secara jujur dan adil (fairness dan equal) merupakan dasar kelanggengan hubungan.

Menurut Prof.Mansyur Ramly,
Ada 4  platform untuk menghadirkan pelayan yang efektif dan inovatif, yaitu :
1. Kepemimpinan : Pemimpin senior harus mendorong agenda mengenai apa yang penting dalam melayani pelanggan.
 2.  Budaya : Organisasi perlu bekerja keras untuk mewujudkan budaya yang menerima kesalahan dan mengembangkan pembelajaran.
 3.  Inovasi yang berpusat pada pelanggan (customer oriented innovation) dan proses pengembangan : Perusahaan harus menempatkan kebutuhan pelanggan sebagai inti dari pemikiran rancangan dan proses. 
4. Infastruktur : Perusahaan perlu membangun struktur pengelolaan bagi inovasi yang mencakup jumlah anggaran yang substansial, pengetahuan, dan ketrampilan internal, sertariset, rancangan dan prototypimg.

Menurut Steven R. Covey,
Kepemimpinan yang berprinsip, yaitu :
1.      Mereka terus belajar
2.      Mereka berorientasi pada pelanggan
3.      Mereka memancarkan energy positif
4.      Mereka mempercayai orang lain
5.      Mereka hidup seimbang
6.      Mereka melihat hidup sebagai sesuatu petualangan
7.      Mereka energistik luar biasa produktif
8.      Mereka berlatih untuk memperbaharui diri

Ada Tujuh Kemampuan Unik Manusia,
Kemampuan Primer
1.      Kesadaran diri atau pengetahuan akan diri (pro aktif)
2.      Imajinasi dan suara hati (mengacu pada tujuan)
3.      Kehendak bebas atau niat (dahulukan yang utama merupakan kemampuan niat)
Kemampuan Sekunder
4.      Mentalitas berkelimpahan
5.      Keberanian dan pertimbangan
6.      Kreatifitas
7.      Pembaharuaan diri (asahlah gergaji)

Standar Pelayanan Public (prima)
UU No.25/2009 Tentang Pelayanan Public

1.      Dasar Hukum
2.      Persyaratan
3.      Sistem, Mekanisme, Porsedur
4.      Jangka waktu penyelesaian
5.      Biaya/tariff
6.      Produk pelayanan
7.      Sarana prasarana, fasilitas
8.      Kompetensi pelaksana
9.      Pengawasan internal
10.  Penanganan aduhan, saran, masukan
11.  Jumlah pelaksana
12.  Jaminan layanan sesuai standar
13.  Jaminan keamanan keselamatan
14.   Evaluasi kinerja pelaksana


Kelola Manajemen Sumber Daya Manusia 
1.Syirik
2.Iri
3.Dengki
4.Arogani

Makalah Ekonomi Pembangunan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekonomi pembangunan merupakan suatu cabang ilmu ekonomi yang menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang dan mendapatkan cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut agar negara-negara berkembang dapat membangun ekonominya dengan lebih cepat lagi. Salah satu objek kajian dari studi ekonomi pembangunan adalah modal atau kapital yang merupakan bentuk-bentuk kekayaan yang digunakan langsung atau tidak langsung dalam produksi untuk menambah output (Siagian, 1989). Sering juga dikatakan, modal atau kapital adalah barang-barang yang digunakan untuk produksi lebih lanjut.
Kapital atau modal berperan sebagai alat pendorong pembangunan ekonomi yang meliputi investasi dalam pengetahuan teknik perbaikan dalam mutu pendidikan, kesehatan, dan keahlian. Dengan demikian modal atau kapital dalam rangka pembangunan, tidak hanya berwujud pabrik-pabrik dan perlengkapannya, namun sebenarnya meliputi human capital.
Biasanya ahli-ahli ekonomi mengatakan, adanya kemiskinan dan pembangunan ekonomi yang rendah di negara-negara sedang berkembang disebabkan oleh kekurangan modal atau kapital sebab mereka memandang modal mempunyai kedudukan terpenting dalam teori pembangunan ekonomi. Sebagian ahli ekonomi menganggap bahwa modal tidak saja mempunyai kedudukan terpenting bagi proses pembangunan, melainkan strategis pula, dalam arti proses pembentukan modal adalah saling pengaruh-mempengaruhi dan kumulatif.
Masalah pembentukan modal dapat ditinjau dari sudut permintaan maupun dari sudut penawaran akan modal. Dari sudut permintaan pembentukan modal bertalian dengan ada tidaknya daya tarik bagi usahawan atau wiraswasta untuk mempergunakan barang-barang modal dalam proses produksi. Dari sudut penawaran, pembentukan modal berhubungan dengan kemampuan masyarakat untuk menabung, tabungan kemudian dipakai untuk investasi dan pembentukan modal. Dalam hubungan dengan pembentukan modal ini, negara-negara sedang berkembang seolah-olah berada dalam lingkaran yang tak berujung pangkal, baik dilihat dari segi permintaan maupun penawaran akan modal (Siagian, 1989).
Pada saat ini, negara-negara sedang berkembang mengalami kemiskinan yang disebabkan oleh rendahnya persediaan modal. Dari uraian tersebut penulis ingin mengetahui penyebab rendahnya permintaan dan penawaran modal dan cara mengatasinya sebagai solusi pembangunan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah
  1. Apa yang menyebabkan rendahnya permintaan modal di Indonesia dan bagaimana cara mengatasinya?
  2. Apa yang menyebabkan rendahnya penawaran modal di Indonesia dan bagaimana cara mengatasinya?

1.3 Tujuan Penulisan
  1. Mengetahui penyebab rendahnya permintaan modal di Indonesia dan cara  mengatasinya.
  2. Mengetahui penyebab rendahnya penawaran modal di Indonesia dan cara mengatasinya.

1.4 Manfaat Penulisan
  1. Memperoleh gambaran dan menambah khasanah pengetahuan tentang rendahnya permintaan dan penawaran modal di Indonesia serta cara mengatasinya.
  2. Hasil penulisan ini diharapkan dapat berguna bagi kalangan akademis untuk melakukan penulisan selanjutnya.
  3. Dapat membantu pemerintah serta para ekonom untuk memperbaiki pembangunan ekonomi di Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pembangunan ekonomi yang rendah di negara-negara sedang berkembang disebabkan oleh kekurangan modal atau kapital, sebab modal mempunyai kedudukan terpenting dalam teori pembangunan ekonomi (Kindleberger (1965) dalam Siagian (1989)). Dari pengertiannya, modal adalah suatu bentuk kekayaan yang digunakan langsung atau tidak langsung dalam produksi untuk menambah output (Siagian, 1989).
Menurut Bourdieu (1986) modal tidak hanya sekedar alat-alat produksi, tetapi juga memiliki pengertian yang lebih  luas dan dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
(a) modal ekonomi (economic capital)
(b) modal kultural (cultural capital)
(c) modal sosial (social capital).
Modal ekonomi, dikaitkan dengan kepemilikan alat-alat produksi. Modal kultural terinstitusionalisasi dalam bentuk kualifikasi pendidikan. Sedangkan menurut Coleman (1990) modal sosial (social capital), yaitu kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama demi mencapai tujuan bersama dalam suatu kelompok dan organisasi.
Menurut Siagian (1989) pembangunan ekonomi di negara-negara sedang berkembang  dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem pembentukan modal yang ditinjau dari sudut penawaran maupun dari sudut pernintaan akan modal. Dalam hubungan dengan pembentukan modal ini, negara-negara sedang berkembang seolah-olah berada dalam lingkaran yang tak berujung pangkal. Dari sudut penawaran modal dapat digambarkan demikian, kekurangan modal disebabkan karena kemampuan yang rendah dalam menabung, sedangkan tabungan yang rendah diakibatkan oleh pendapatan yang rendah. Pendapatan yang rendah merupakan pertanda produktivitas yang rendah, sedangkan produktivitas yang rendah sebagian besar karena kekurangan modal. Kekurangan modal ini merupakan suatu akibat dari tabungan yang rendah, dengan demikian lingkaran setan itu menjadi lengkap. Lingkaran setan ini juga berlaku di sudut permintaan akan modal. Permintaan akan modal investasi rendah disebabkan oleh daya beli yang rendah karena pendapatan yang rendah. Pendapatan yang rendah merupakan cerminan dari produktivitas yang rendah, dan produktivitas yang rendah disebabkan oleh modal yang dipergunakan dalam produksi rendah. Rendahnya modal yang dipakai disebabkan oleh daya beli masyarakat yang rendah, demikian seterusnya.
Berdasarkan analisa Schumpeter dalam Siagian (1989) yang dapat memecahkan lingkaran setan adalah golongan entrepreneur atau wiraswasta terutama innovating entrepreneur. Innovating entrepreneur adalah entrepreneur yang bersifat agresif dalam percobaan-percobaannya, dan selalu tertarik pada kemungkinan-kemungkinan untuk dapat dipraktikkan (Irawan dan Suparmako dalam Siagian (1989)).

BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenia dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka mengenai teori-teori yang berkaitan dengan tema.
3.2 Analisis Data
Data diperoleh dari hasil studi pustaka mengenai teori-teori yang berkaitan dengan tema dan kutipan dari berbagai dokumen yang kami analisis sejak pertama kali penyusunan makalah ini sampai makalah ini selesai. Kemudian setelah data terkumpul dilakukan suatu proses pemilihan, pemusatan, serta penyederhanaan data kasar untuk dibuat kesimpulan berdasarkan sub tema yang kami angkat. Dengan proses tersebut diharapkan akan menghasilkan suatu outline makalah akhir yang dapat memudahkan penulis untuk menyelesaikan makalah ekonomi pembangunan secara terstruktur.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1       Rendahnya permintaan modal di Indonesia dan cara mengatasinya
Rendahnya permintaan modal dalam negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia, disebabkan oleh hasrat golongan wiraswasta melakukan investasi rendah, sebab daya beli masyarakat atau keadaan pasar dalam negeri yang terbatas merupakan hambatan untuk permintaan akan modal.
Seperti diketahui faktor-faktor yang menentukan fluktuasi investasi adalah :
a) efisiensi marginal dari investasi,
b) ongkos barang-barang modal,
c) tingkat bunga.
Efisiensi marginal suatu investasi adalah jumlah pendapatan suatu barang modal yang akan diperoleh di masa depan selama usia barang modal tersebut atau sebagai rangkaian balas jasa sesuatu barang modal (Siagian, 1989). Balas jasa ini diperoleh dari hasil penjualan produksi setelah dikurangi dengan biaya atau harga pokok. Balas jasa ini haruslah lebih besar dari harga pembelian modal tersebut, jika tidak, tidak ada gunanya atau tidak menarik untuk menjalankan investasi. Biasanya balas jasa tiap tahun dinyatakan secara persentase. Persentase ini harus lebih besar dari tingkat bunga umum yang berlaku sebab kalau tidak, lebih baik dan lebih menguntungkan membungakan uang tersebut daripada membeli barang modal.
Umumnya tingkat bunga ini merupakan faktor pembanding mengenai balas jasa sesuatu investasi modal, dalam arti makin rendah tingkat bunga dibanding dengan tingkat keuntungan maka semakin menarik menjalankan investasi dan demikian sebaliknya, semakin tinggi tingkat bunga dibanding dengan tingkat keuntungan maka semakin kurang menarik mengadakan investasi.
Pada umumnya tingkat bunga di Indonesia tinggi sekali. Hal ini diperkuat dengan pendapat Alvin Hansen dalam Siagian (1989) yang mengatakan bahwa banyak investasi di negara-negara sedang berkembang tidak terlaksana, terutama karena tingkat bunga yang tinggi. Walaupun pendapatan ini cukup tajam, namun tidak seluruhnya dapat dibenarkan. Faktanya, penurunan tingkat bunga merupakan segi penting untuk investasi, tetapi unsur lain yang tidak kalah penting adalah kekurangan permintaan efektif dalam masyarakat sehingga balas jasa investasi masa depan sangat rendah. Oleh sebab itu, dari sudut permintaan akan modal di Indonesia, kekurangan tenaga beli merupakan penghambat yang lebih besar daripada tingkat bunga yang tinggi.
Pada awal pembahasan telah dipaparkan bahwa hasrat usahawan mengadakan investasi tertekan oleh faktor kekurangan tenaga beli, terutama jika ditinjau dari sudut investasi dalam satu cabang produksi tertentu. Hambatan ini dapat dikurangi jika investasi dijalankan secara bersamaan atau serentak di lapangan yang meliputi berbagai proyek. Penyebab hal tersebut adalah hasil investasi yang dapat memperluas pasar penjualan, dalam arti pekerja pada suatu proyek akan menjadi pembeli dari hasil proyek lain.
Pembangunan jenis ini disebut pembangunan yang seimbang. Pembangunan yang seimbang mempunyai arti yang bermacam-macam, seperti :
a) keseimbangan antara pertambahan produksi bahan makanan dan pertambahan penduduk,
b) keseimbangan antara produksi agraria dan industri,
c) keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani,
d) keseimbangan pembangunan antar daerah.
Melalui pembangunan yang seimbang terutama antara produksi bahan makanan dan produksi industri, akan menciptakan kesempatan kerja yang luas untuk golongan penganggur dan setengah penganggur terutama di sektor pertanian.
Dengan cara ini produktivitas pertanian dapat dinaikkan, yang berarti juga dapat menaikkan tenaga beli dalam arti nyata. Kenaikan tenaga beli kaum tani ini, sebagian akan diberdayakan untuk membeli hasil industri seperti pakaian, alat-alat pertanian, dan sebagainya. Hal ini terjadi sebab dari sudut industri, golongan petani merupakan pasar hasil produksinya yang utama. Naiknya pasar bagi produksi industri akan mendorong tambahan investasi di sektor ini. Sebaliknya golongan industri merupakan pasar bagi sektor pertanian, dengan bertambah luasnya sektor industry akan mendorong kenaikan produksi di bidang pertanian, baik melalui usaha perluasan area maupun melalui intensifikasi. Kedua cara ini memerlukan peralatan dan hasil industri, sehingga mendorong tambahan investasi di bidang ini. Demikianlah pembangunan proyek-proyek ini saling melengkapi dan saling menunjang perkembangan masing-masing ke taraf yang lebih tinggi.

4.2 Rendahnya penawaran modal di Indonesia dan cara mengatasinya
Lambatnya proses pembangunan di Indonesia disebabkan oleh sedikitnya modal yang tersedia. Kurangnya modal disebabkan oleh kemampuan menabung yang rendah, kemampuan menabung yang rendah disebabkan oleh pendapatan yang rendah. Pendapatan yang rendah merupakan akibat dari produktivitas yang rendah, sedangkan produktivitas yang rendah merupakan akibat dari kekurangan modal dan hal ini disebabkan oleh kemampuan menabung yang rendah dan demikian seterusnya, sehingga lingkaran setan yang tidak berujung pangkal yang dialami menjadi lengkap (Siagian, 1989).
Tabungan yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan dan kesediaan menahan nafsu konsumsi selama beberapa waktu, agar dikemudian hari terbuka kemungkinan untuk konsumsi yang lebih baik. Tabungan di dalam pembangunan ekonomi memiliki peranan penting dan strategis karena dapat menaikkan produktivitas dan proses pembentukan kemampuan.
Kenyataan di Indonesia, jumlah tabungan yang ada dan diinvestasikan sangat rendah, seringkali jumlah tabungan hanya cukup untuk mengimbangi pertambahan penduduk yang sedang berjalan. Demi mempercepat pembangunan penting sekali untuk memperbesar tabungan, baik atas kerelaan masyarakat maupun melalui kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal agar dapat mencapai tujuannya, harus disertai dengan kebijakan dividen dalam arti perlunya pengawasan negara atas pemakaian devisa yang dihasilkan dari perdagangan luar negeri.
Berhubung pembangunan ekonomi secara sadar, dimana investasi-investasi yang dijalankan diarahkan untuk menambah produksi dan produktivitas dalam masyarakat, di pihak lain devisa adalah bagian yang penting dari unsur-unsur produksi suatu negara. Oleh karena itu, pengawasan penggunaan devisa merupakan salah satu kebijakan Negara yang sangat penting. Pengawasan devisa ditujukan agar pemakaian devisa dilakukan dengan baik, dengan demikian dapat dilaksanakanlah suatu alokasi unsur produksi yang lebih baik. Kebijakan fiskal dan pengawasan devisa harus disertai dengan kebijakan yang mengatur unsur-unsur produksi yang ada dalam masyarakat digunakan secara efektif. Agar tujuan dapat tercapai perlu disusun suatu rencana pembangunan yang rapi dan teratur. Rencana tersebut harus memperlihatkan tujuan-tujuan pembangunan, lapangan-lapangan investasi, kebijaksanaan negara di bidang keuangan dan besarnya jumlah investasi. Kemudian diperlukan juga rencana pembangunan yang bertul-betul bersifat rasional-nasional, dalam arti memperhatikan kaitan antar masing-masing sektor, memperhatikan kemampuan pembiayaan sehingga dapat ditentukan skala prioritas, dengan demikian pemborosan dapat dihindari.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kapital atau modal sebagai alat pendorong pembangunan ekonomi meliputi investasi dalam pengetahuan teknik perbaikan dalam mutu pendidikan, kesehatan, dan keahlian. Dengan demikian modal atau kapital dalam rangka pembangunan, tidak hanya berwujud pabrik-pabrik dan perlengkapannya, namun sebenarnya meliputi human capital. Maka dapat disimpulkan bahwa akumulasi modal sebagian besar ditentukan oleh permintaan modal, disamping juga oleh penawaran modal. Penawaran modal cenderung mengikuti permintaan untuk investasi. Pembentukan modal lebih ditarik oleh adanya permintaan dari para usahawan yang penuh semangat dan kemauan untuk maju daripada dorongan penawaran modal yang berasal dari pemilik uang yang pasif. Disinilah terlihat pentingnya peranan usahawan dalam rangka pembangunan ekonomi suatu negara, dan terlihat perlunya mendorong timbulnya golongan ini.

5.2 Saran
Investasi ditujukan untuk memajukan pembangunan ekonomi di Indonesia selanjutnya, maka pertimbangan kriteria investasi seharusnya diarahkan kepada sektor-sektornya yang “growing points” dalam perekonomian, yaitu pada bidang atau lapangan yang dapat memberi perkembangan yang lebih cepat, membutuhkan investasi tambahan yang cukup besar tetapi mempunyai permintaan yang sudah tersedia. Hal tersebut akan memberikan external economies yang sangat penting bagi industri-industri lainnya yang ada dan akan menimbulkan permintaan produk suplementer dan jasa. Dengan kata lain, investasi itu harus diarahkan sedemikian rupa sehingga memajukan integrasi horizontal dan vertikal dalam proses produksi.


DAFTAR PUSTAKA
Bourdieu, P. 1986. The Form of Capital. In J. Richardson (Ed). Handbook of Theory and Research for Sociology of Education. New York: Greenwood Press.
Coleman, J. 1990. Foundations of Social Theory. Cambridge Mass: Harvard University Press.
Kamaluddin, Rustian. 1987. Beberapa Aspek Pembangunan Nasional dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Siagian, H. 1989. Pembangunan Ekonomi dalam Cita-Cita dan Realita. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.