1. Kemakmuran
ialah : Suatu suasana umum dimana setiap orang banyak bekerja sungguh-sungguh
dengan menggunakan kemampuan yang ada padanya terjamin akan rumah, sandang dan
papannya yang layak buat dia sendiri dan keluarganya, istilah layak disini
menunjukkan perbedaan-perbedaan taraf yang di nilai pantas buat orang-orang
dari berbagai golongan ataupun lapisan-lapisan sosial yang berbeda satu sama
lain.
2. Adanya
lapisan-lapisan sosial atau kedudukan-kedudukan yang berbeda-beda tingkatannya
dalam masyarakat, maka diakui pula adanya anggapan umum bahwa ukuan kemakmuran
bagi tiap-tiap golongan atau lapisan di dalam masyarakat adalah berbeda-beda.
Sebenarnya
pandangan yang dianut orang-orang terhadap pengertian kemakmuran menurut buruh,
guru, ulama, pegawai, pengusaha dan sebagainya, jadi kedudukan-kedudukan tidak
hanya mempunyai perbedaan dalam-dala. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban atau
peranan, tetapi juga dapat berbeda presepsinya, bagi orang-orang yang biasa
berfikir rasional kemakmuran masyarakat diukur dengan jumlah serta nilai
bahan-bahan dan barang-barang yang dimiliki atau yang dikuasai untuk memelihara
dan menikmati hidupnya, karena itu setiap orang mengejar berbagai fasilitas dan
kebutuhan-kebutuhan yang diprlukan untuk menunjang kehidupan dan kelangsungan
hidup keluarganya. Kebutuhan hidup itu
bermacam-macam, akan tetapi apabila digolongkan ada dua macam yaitu :
Kebutuhan
primer dan kebutuhan sekunder, kebutuhan primer berupa barang-barang pangan,
sandang dan papan yang pertama dituntut untuk menunjang hidup manusia.
Kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat ditangguhkan penggunaannya disebut
kebutuhan sekunder.
Pandangan
yang berbeda dari pandangan diatas adalah yang dianut masyarakat umum, terutama
hidup di daerah pedesaan.
B. Kemakmuran
Dan Kebahagiaan
Bagi
masyarakat pedesaan yang tidak membedakan antara kemakmuran dan kebahagiaan,
maka seseoarng merasa makmur apabila ada keserasian antara
apabila keadaan sosial atau material itu
melebihi keinginannya maka keadaan itu dapat mengganggu keseimbangan rasa pada
orang yang mengalaminya, sampai pada suatu waktu rasa kemakmuran itu meningkat
lebih tinggi pula. Sebaliknya apabila keadaan material atau sosial tadi kurng
dari pada yang di inginkannya maka perasaan orang yang mengalaminya dapat
diliputi oleh kekecewaan sampai ia berhasil mencapai keseimbangan lagi antara
keinginan dan keadaan yang nyata di sekitarnya. Oleh karena itu setiap orang
mencari keseimbangan antara keinginan dan keadaan materi atau sosial, untuk
mencapai keseimbangan itu berbagai cara dapat dilakukannya, ada yang
menggunakan daya dan tipu daya, saling bersaing, saling bertengkar, makan
memakan antara seorang dengan yang lainnya di dalam suatu lingkungan.
Untuk memulihkan kembali perasaan makmr pada seseoarng dapat diatasi
melalui dua cara yaitu :
1. keadaan materi atau sosial ditingkatkan sesuai dengan keinginan-keinginan
2. keinginan-keinginan
diturunkan sesuai dengan keadaan materi atau sosial yang dimiliki
Kalau kita
bandingkan kedua pandangan diatas yang pertama bersifat eksak, kalau tidak
dinamakan absolut, pandangan kedua lebih bersifat relatif sebab adanya
faktor-faktor keinginan yang pada pokoknya berdasarkan perasaan, pandangan
keuda ahirnya berubah pula sebagai akibat perkembangan masyarakat dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses moderenisasi yang
menuntut berfikir secara eksak dan rasional.
Seseorang
untuk memperoleh kemakmuran hidupnya di dalam keluarga umumnya setiap orang
akan bekerja dengan sungguh-sungguh dengan menggunakan kemampuan yang ada
padanya, persaingan-persaingan akan selalu terjadi faktor penyebabnya bukan
karena persoalan keterbatasan lapangan kerja saja, tetapi masalahnya sangat
komplek. Individu sendiri telah ditakdirkan mempunyai watak bersaing antara
sesama manusia untuk menguasai sumber-sumber daya alam dan kekuasaan yang pada
gilirannya untuk memperoleh kemakmuran buat dia sendiri dan keluarganya. Persaingan antara sesame manusia dalam usaha memperoleh sumber daya alam
dan dana adala suatu yang wajar terjadi di dalam kehidupan masyarakat.
Persaingan pada galibnya justru sebagai alat penggerak manusia dadri keadaan
yang apatis tanpa gairah, namun demikian persaingan suatu saat bisa berubah
menjadi konflik sebab kepentingan meraka bertabrakan. Sebaliknya justru tanpa
persaingan, bekerja dengan sungguh-sungguh maka kemakmuran tidak bisa dicapai
padahal setiap orang mengharapkan diri dan keluarganya memperoleh kemakmuran
dapat mencapai jumlah dan nilai barang yang berlebihan untuk dimiliki dan di
nikmati, minimal adanya keseimbangan antara kebutuhan hidup dengan materi atau
sosial yang dimiliki.
Di samping itu tingkat kemakmuran suatu keluarga atau masyarakat ditentukan
oleh standar nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat tertentu.
Demikian pula tingkat kemakmuran banyak dipengaruhi oleh keadaan faktor-faktor
demogratis seperti fertilitas, moralitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas
sosial.